KEKERASA BERBASIS AGAMA
Di susun oleh :
Theo Hadinata Yudha
L200110057
Informarika
Fakultas Komunikasi dan Informatika
Universitas
Muhammadiyah Surakarta
2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam bukunya yang berjudul “Kekersan
Agama Tanpa Agama” Thomas Santoso mengatakan bahwa menrut pendapat para
ahli biologi, fisiologi, dan psikologi, manusia melakukan kekersan karena
kencendrungan bawaan (innate) atau sebagai konsekuensi dari kelainan genetik
atau fsikologis kelompok pertama (ahli biologis) meneliti hubungan kekerasan
dengan kadaan biologis manusia, namun mereka gagal melihatkan fakor-faktor
biologis penyebab sebagai penyebab kekersan.
Kekerasan berbasis agama terus
terjadi. Hampir setiap hari kita disuguhi dengan berita-berita penyerangan satu
kelompok terhadap kelompok lain. Bahkan saking seringya lama-lama masyarakat
menjadi imun dengan berita dengan berita seperti ini akibatnya tindak kekerasan
berbasis agama lama-kelamaan di anggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja,
sehinga tidak perlu dikutuk dan disingapi secara berlebihan. Gejala demikian
mulai muncul dalam masyarakat. Jika hal ini di biarkan, maka ritus kekerasan
berbasis agama akan menjadi sesuatu yang sangat menghawatirkan.
Semangkin hari, agama dan
kekerasan menjadi dua aspek yang makin identik dan seolah tak bisas dilupakan.
Terlebih beberapa hari terakhir ini, masyarakat disuguhkan pemandangan
letup-letup kekerasan berlatar belakang agama di bernagai tempat nyaris bersamaan
seolah tidak ada lagi untuk menelisik dan mengamati fenomena apa yang
sesungahnya terjadi, sebagian besar masyarakat kita hanya bisa terhenyak dan
terpana oleh rentetan kekersan tersebut.
Kekerasan bernuasa agama juga
dilihat sebagai akibat sikap masyarakat yang permisif terhadap kekerasan. Sikap
sebagian masyarakat termasuk pemuka agama terhadap kekerasan telah
mengakibatkan banalitas kekerasan. Alih-alih mengencam kekerasan, sebagian
pemuka agama baik secara langsung maupun tidak menjadi corong bagi siar
kebencian terhadap mereka yang diangap sesaat/berbeda. Melulai forum dan media
dakwah yang mereka miliki repruksi benih kekerasan terus dilakukan tanpa ada
suara tandingan yang seimbang.
Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan kekerasan berbasis agama
2.
Macam-macam
kekersan berbasis agama
3.
Faktor
pemicu kekerasan
Tujuan Pembuatan makalah
1.
Untuk
memenuhi tugas Ilmu Sosial Budaya Dasar
2.
Memberikan
sedikit pengetahuan tentang kekerasan berbasis agama
3.
Menemukan
solusi dalam permasalahan ini
BAB II
ISI
Pengertian
kekerasan
Kekerasan
merupakan tindakan agresi dan pelangaran (penyiksaan, pemulakulan, pemerkosaan,
dan lain-lain) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan
atau menyakiti orang lain, dan hingga batas tertentu tindakan menyakiti
binatang dapat dianggap sebagai kekerasan, tergantung pada situasi dan
nilai-nilai sosial yang terkait dengan ketajaman terhadap binatang. Istilah
“kekerasan” juga mengandung kecendrungan agresif untuk malakukan prilaku yang
merusak. Kerusakan harta benda biasanya dianggap masalah kecil di bandingkan dengan kekerasan terhadap
orang.
Keekrsana
pada dasarnya tergolong kedalam dua bentuk – kekersan sembarang, yang mencakup
kekerasan dalam skala keci atau yang tidak terencanakan, dan kekerasan yang
terkoordinir, yang dilakukan oleh kelompok-kelompok baik yang diberikan hak
maupun tidak – seperti yang terjadi dalam perang (yakni kekersan
antar-masyarakat) dan teroris.
Macam-macam
kekerasan berbasis agama
Pengkambinghitaman Umat Islam dalam Kasus Terorisme
Serangan
terorisme yang sering terjadi di dalam maupun di luar negeri, kemudian umat
Islam yang dituduh melakukannya, itu sama sekali tidak benar. Karena jika kita
perhatikan, tindakan terorisme merupakan kasus request dari pemerintah.
Misalnya di Indonesia, kasus terorisme digunakan sebagai pengalihan isu
kasus-kasus yang ada kaitannya dengan kebobrokan pemerintah.
Kasus
Terorisme terakhir di Indonesia yaitu pada Juli 2009, bom bunuh diri di Hotel
JW Marriott dan Hotel Ritz Carlton. Kasus itu bertepatan dengan kasus Bank
Century. Pemerintah berusaha mengalihkan isu dengan “merequest” kasus
terorisme, di situ kemudian nama umat muslim tercoreng lagi.
Padahal
Islam sama sekali tidak membenarkan kasus kekerasan apalagi terorisme. Yang
melakukan memang orang muslim -karena di Indonesia mayoritas muslim- tapi tidak
bisa dijadikan patokan bahwa umat Islamlah dalang dibalik semua kasus
terorisme. Saya tegaskan kembali bahwa terorisme merupakan kasus request, kasus
yang sengaja dibuat oleh pemerintah.
Bisa kita
buktikan bahwa di negara ini sudah banyak kasus request-an (Baca-pengalihan
isu). Yang terakhir kemarin adalah pengalihan isu kasus korupsi yang dilakukan
oleh kader partai penguasa. Pemerintah dengan cerdiknya melemparkan isu
kenaikan harga BBM. Agar perhatian masyarakat teralih dari kasus korupsi ke isu
kenaikan harga BBM.
Yang ingin
saya tekankan, Islam hanya dijadikan kambing hitam dalam setiap kasus
terorisme. Islam bukanlah agama kekerasan, Islam adalah agama yang mencintai
perdamaian. Namun, Islam selalu dirusak nama baiknya dengan
menyangkutpautkannya dengan berbagai kasus, khususnya kasus terorisme.
Faktor
Pemicu kekrasan
Jika
memperhatikan pada kasus-kasus kekerasan yang terjadi selama ini, bnyak faktor
yang mrnjadi pemicu munculnya kekrasan yang dilakukan oleh angota masyarakat
yeng mengatasnamakan agama atau kelompok, diantaranya.
Ø Adanya kesalahan dalam
mengimplementasika perintah agama, sehingga golongn yang berbeda keyakinan
dianggap sebagai lawan.
Ø Masih kuatnya sikap
saling curiga mencurigai antar umat beragama atau kelompok tertentu.
Ø Menculnya kebijakan
pemrintah yang dianggap merugikan kelompok tertentu.
Ø Tidak mengakan toleransi
dikalangan masyarakat, sehingga yang muncul adalah bagaimana mempertimbangkan agar kelompoknya
yang paling benar.
Ø Kekurang tegasan dalam
bersikap dari pemerintah dalam menghadapi aksi kekerasan yang dilakukan
kelompok agama atau masyarakt tertentu, sehingga para pelaku seolah kebal
terhadap hukum
Solusi
Penyelesaian kekerasan
Agar
kasus-kasus kekerasan yang selama ini terjadi tidak menjadi pemicu munculnya
kondisi harmonis di antara anggota masyarakat, sekaligus mencegah pemerintah
kehilangan wibawanya di mata masyarakat, maka perlu ditetapkan beberapa
altenatif penyelesaian.
Ø Meningkatkan deteksi dini
terhadap berbagai pristiwa yang potensial menjadi pemicu aksi kekerasan dengan
mengatasnamakan agama atau kelompok.
Ø Menghimbau kepada intansi
terkait (pemerintah atau non pemerintah) untuk berupaya mencegah mengeluarkan
kebijakan yang dapat memicu terjadinya aksi kekerasan masa dengan
mengatasnamakan agama atau kelompok.
Ø Melakukan sosialisasi
tentang upaya mewujudkan keharmonisan antar warga masyarakat bersama dengan
toko agama dan toko masyarakat, sehinga dapat dihasilkan kesamaan pandang
tentang makna keharmonisan.
Ø Melakukan berbagai aksi
sosial dan keagamaan yang ditunjukan untuk membangun dan menumbuhkembangkan
rasa solidaritas dan harmonis antar umat beragama(masyarakat).
Ø Meminta dukungan dari
berbagai kalangan,legeslatif,eksekutif,dan yudikatif,tidak terkecuali tokoh
agama adn tokoh masyarakat, tehadap setiap tindakan tegas yang akanj dilakukan
guna mencegah kekerasan mengatasnamakan agama dan kelompok, sehingga setiap
tindak diangap sebagai pelangaran.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam Islam diajarkan
tentang penyebaran kasih-sayang antar sesama manusia (rahmatan lil ‘alamin)
yang tak mengenal golongan. Prinsip-prinsip dasar yang dikedepankan adalah
kesamaan hak kemanusiaan, keadilan, tanpa melihat warna kulit, agama, kedudukan
dan kelompok tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar